TNI, Kami Bangga Padamu

Calon Blogger 13.30 0

Membaca skenario latihan gabungan (latgab) TNI yang mengambil 3 daerah rawan sebagai area latihan turut menaikkan adrenalin saya. Betapa tidak, semangat TNI untuk mempertahankan teritori NKRI tepat di jantung wilayah yang sering jadi sengketa.

Berpusat di selat Malaka (pertempuran laut dan amfibi), Kalimantan (pertempuran darat dan udara), dan Ambalat (perang laut dan pendaratan amfibi) seakan memberi sinyal bagi negara tetangga untuk tidak semandang sebelah mata. Latihan gabungan TNI ini bertujuan untuk menguji alutsista, integrasi sistem komunikasi, dan spirit tempur prajurit TNI.

Pada usia ke-68, TNI mengusung tema profesioanal, militan, solid, dan kuat bersama rakyat. Di usia senja ini, sudah sepantasnya TNI meremajakan alutsitanya. Alutsista yang baru dapat mengubah lagu lama 'biarkan musuh masuk dulu baru digebuk' menjadi pre emptive strike. Kewibaan TNI akan semakin disegani.

Jika tema HUT ke-68 TNI adalah profesional, militan, solit dan kuat bersama rakyat yang disimbolikkan dalan latihan gabungan TNI, maka bagi saya ulang tahun TNI menerbitkan harapan-harapan baru, diantaranya :
1. Reposisi peran TNI untuk murni sebagai alat pertahanan dan keamanan negara
2. Menguatkan netralitas TNI
3. Garda terdepan dalam mempertahankan terirori NKRI
4. Menjalankan dengan baik fungsi pelayanan kepada masyarakat melalui Kodim dan Koramil
5. Semakin disegani oleh negara lain
6. Semakin melengkapi dirinya dengan alutsista baru
7. Tidak menganakemaskan kesatuan tertentu

Saya sangat terkesan dengan bapak-bapak dari Koramil. Fungsi mereka sebagai Muspika dilaksanakan dengan baik. Koordinasi yang sangat baik diantara lembaga pendidikan dengan Koramil menghasilkan kesalingpercayaan dan citra positif bagi sekolah dan anak didik.

Mereka secara nyata telah membantu menanamkan kedisiplinan dalam upacara bendera dengan menjadi pembina, melatih baris berbaris dan gerak jalan, serta sangat aktif dalam kerja bakti di lingkungan sekolah. Kesan TNI yang sangar, keras, dan kaku menjadi hilang dan justru mengembangkan kehangatan hubungan diantara lembaga. Akhirnya saya mengucapkan 'Dirgahayu ke-68 TNI'. Majulah TNI, kami bangga padamu.

Seleksi Penulisan Puisi

Calon Blogger 11.56 0
Menjelang Bulan Bahasa, saya dapat tugas menyeleksi anak-anak dalam lomba penulisan puisi naratif. Nanti akan ada tayangan (visual) yang kemudian anak-anak harus membuat puisi tentang tema yang terkandung dalam tayangan tadi dalam waktu 60 menit. Tentu saja diksi dan kesesuaian tema menjadi kriteria. Termasuk juga penggunaan gaya bahasa (majas) tak luput dari penilaian tim juri nantinya.

Ternyata anak Espara keren-keren puisinya. Ini saya tampilkan beberapa hasil karya mereka :

Janji Senja Kita
 by : Yuniska

Tertunduk aku
Di atas batu berdebu
Desir angin menemaniku
Saat aku diam termangu
Membawa lamunan jauh ke dasar sukmaku

Ingatkah kau, kawan !
Dulu kita pernah berjanji
Di bawah pohon cemara pagi
Di atas keelokan daun semanggi
Sunyi sekali

Ingatkah kau, kawan!
Saat kau mengajakku pacaran
Aku mulai kebingungan
Tercengang, kaku, mencari jawaban
Pikiranku berkeliaran
Hatiku tak karuan

Aku pikir, kawan!
Buat apa kita pacaran
Kita tak punya modal jajan

Aku pikir, kawan!
Untuk apa kita pacaran
Jika dosa kita cemarkan
Lebih baik kita berteman
Dalam rengkuhan persahabatan
Dengan hidup penuh jabat tangan
Tanpa saling bermusuhan
Tanpa ada kecemburuan

Janjimu, janjiku
Akan selalu mengeras di peraba suaraku
Bahwa kita akan bersama selalu
Hingga selaput jala matamu
Mengabur dalam senjaku


Ibu
by : Ratih Ulfa Istikomah

Kala fajar tiba
Kala mentari menyapa
Kau tlah bekerja
Tak pernah mengeluh
Walaupun ku tau kan lelah
Kau tetap tegar hadapi segala masalah

Senakal apapun kelakuanku
Seburuk apapun sikapku
Dengan sabarnya kau belai aku
Menasihatiku
Dengan kelembutan hatimu

Kau ajari aku banyak hal
Kau cucurkan keringatmu
Kau curahkan pikiranmu
Hanya demi aku
Demi masa depanku

Tak peduli badai menerpa
Tak peduli adanya nestapa
Kau tetap berusaha
Berusaha bantu wujudkan cita-cita

Ibu...
Dalam setiap doaku
Ku slalu menyebut namamu
Berharap Tuhan membalas kebaikanmu
Berharap Tuhan beri yang terbaik untukmu
Berharap Tuhan beri surga-Nya untukmu

Neraca Berat Sebelah

Calon Blogger 18.27 0

Sebelum amar putusan dibaca
Sebelum palu godam dihantam
Masih ada peluang tersisa
Sebelum kering mulut bisa dibungkam

Bingung barmain anak timbangan
Kau pindah kiri kanan
Saran beban dakwaan
Bertukar amplop keringanan

Inilah negeriku
Dikuasai para pemburu
Mangsa lemah ditendang ditinju
Pemenang licik berselendang biru

Kau takkan bs berdiri tegak
Tongkatmu rapuh penyangga tubuh
Hukum dibeli hukum terdesak
Keadilan mati suri semenjak subuh

Neraca tak lagi imbang
Anak timbangan berkurang
Amar putusan dari hakim bimbang
Vonis ringan segera pulang
Mengkah cepat dibalik pintu hilang
Tersenyum hambar menghitung uang

Senja di Espara

Calon Blogger 15.37 0
Surya beranjak pulang
penat seharian bercahaya
merindu belaian petang
tempat sembunyi terpercaya

Senja menyambut ramah
anak Espara setia di papan ketikan
kadang lupa alamat rumah
khusuk membalas obrolan teman

dunia di genggaman
saat berlayar demikian mudah
berpindah dari satu ke lain laman
melihat posting dan twit indah

semoga kendali tetaplah iman
sebab teknlogi cuma pengantar
raih kehidupan lebih bermakna
dengan ilmu dan agama
baru kan kau dapati betapa bahagia
orang yang tinggi ilmu takut pada-Nya

Meledak

Calon Blogger 20.49 0
Diam tak berarti damai
Kotaku di mingu pagi mendadak ramai
Ledakan keras memenuhi langit
Semburat lari menjerit

Sirine mengaung
Korban tumbang bermandi darah
Tubuh hancur kesegala arah
Dan bangunanpun menjadi puing

Siapa tak belajar dr pengalaman takkan pernah pintar
Segepok jutaan membuatnya nanar
Bermain api menggoreng bahan petasan
Menantang maut dengan kepongahan

Dikira seragam dengan kilau lencana
Dapat membungkam mulut warga
Tersenyum membayangkan hasil jualan
Barang belum laku berganti kehinaan

Lalu salah siapa
Bila nafsu menjadi raja
Tak berlaku hukum pidana
Tak mempan lagi borgol penjara

Pemangsa

Calon Blogger 20.22 0

Sembunyi di kelam malam
Menghindar sinar bulan
Mengendap pelan
Menunggu mangsa,diam

Tepat mangsa tertawa
Sambar sekilat membelit raga
Remuk tulang sesak dada
Mati pelahan melotot mata
Ini saat pesta pora

Tamak tak bersisa
Pelan menelan mangsa
Sabar otot tubuh terbiasa
Mangsa bulat di perutnya

Kini, senyumnya lepas
Lapar menahun terbayar tuntas
Mangsa terurai pelahan kandas
Tubuh tak bergerak,malas

Cukup beberapa bulan
Tidur panjang seharian
Begitulah rantai makanan
Peristiwa makan-memakan
Itulah hewan
Untunglah kita ini insan